Monday, September 16, 2013

UCEO week #4

kalau kita dapat menghitung betul' resiko secara matang (termasuk hitungan rugi gagal) maka dapat berani mengambil tindakan.

resiko adalah penyimpangan-penyimpangan yang merugikan

Ternyata ada empat sikap dalam menghadapi resiko. Yang pertama yaitu, kita bisa belajar misalnya menghindari resiko sepeti orang tipe A tadi. Jadi itu contohnya misalnya seperti karyawan. Tidak berani mengambil keputusam, tidak berani mengambil usaha akhirnya dia ikut sama orang lain.

Kemudian yang kedua adalah tipe orang yang berani menghadapi resiko. Yaitu artinya dia bisa mengambil kemungkinan-kemungkinan di mana yang dia hasilkan di luar perkiraan. Kemudian yang ketiga adalah memindahkan sebagian resiko yaitu dengan membayar premi. Itu contohnya adalah para manajer.

Kemudian yang ketiga adalah mengurangi resiko dengan melakukan portofolio. Itu misalnya dilakukan oleh investor-investor usaha dengan berinvestasi pada berbagai macam saham. Itu sikap dalam mengahadapi resiko.

keempat entrepreneur, bersedia menanggung kerugian

Resiko dalam praktik ternyata ada dua macam yaitu, satu resiko yang bisa dihindari, kedua adalah resiko yang tidak bisa dihindari (systematic risk). Untuk resiko-resiko yang tidak dapat dihindari misalnya kita melihat adalah bencana alam, itu tidak dapat dihindari. Tapi resiko-resiko yang dapat dihindari misalnya adalah karena faktor manusia, karena faktor sistem, dan karena faktor proses.

Ada tiga sudut pandang dalam melihat resiko. Yang pertama adalah dilihat dari siklus hidup perusahaan. Yang kedua dilihat dari bidang usahanya. Yang ketiga, kita bisa melihat resiko dari sudut pandang Bank Indonesia.

Dari sudut pandang siklus hidup perusahaan, resiko itu dibagi menjadi dua yaitu misalnya pada saat kita mau start up bisnis, yang kedua adalah pada saat scale up bisnis.

Untuk start up bisnis resiko tersebut biasanya dalam memilih jenis usaha, kemudian memilih rekanan, kemudian membuat keputusan pendanaan, dan terakhir yaitu keputusan teknis. Kemudian resiko yang kedua dari siklus hidup perusahaan yaitu pada waktu kita malakukan Scale Up bisnis. Ketika kita melakukan scale up bisnis, resikonya apa? Yang pertama adalah kelangkaan dan kenaikan bahan. Kemudian yang kedua adalah persaingan bisnis.

Menurut Bank Indoesia, resiko bisa dibagi menjadi lima, yaitu: 1) Resiko Pasar, 2) Resiko Kredit, 3) Resiko Likuiditas, 4) Resiko Operasional, 5) Resiko Strategik.

Untuk mengidentifikasi resiko, kita ada empat cara. Yang pertama dengan metode analisa. yang kedua dengan metode observasi dan survey. Yang ketiga adalah dengan metode risk marking. yang keempat adalah dengan metode informasi dari expert.

Nah, untuk mengelola resiko, ada empat tahap. yang sebaiknya kita perhatikan. Yang pertama adalah, kita rangking semua resiko yang mungkin terjadi. Kemudian yang kedua adalah urutkan berdasarkan dampak yang ditimbulkan. Yang ketiga adalah solusikan alternatif berdasarkan rangking tersebut. yang keempat adalah mengevaluasi. Artinya kalau salah ya bisnisnya diperbaiki. Kalau benar, dilanjutkan. Kemudian setelah kita mengelola resiko, ada beberapa tips untuk mengelola resiko. Yang pertama adalah hindari resiko yang sering terjadi. Kemudian yang kedua adalah asuransikan resiko yang sekali terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang keempat adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.

Kesimpulan yang pertama dengan kita belajar resiko adalah kita bisa mengelola resiko. Artinya, kita dalam bisnis harus mengklasifikasikan resiko mana yang bisa dihindari, dan resiko mana yang tidak bisa dihindari. Kalau resiko yang tidak bisa kita hindari, ya kita harus menghadapinya. Tapi resiko yang bisa kita hindari, ya seminimal mungkin kita hindari dengan beberapa tips yang tadi sudah dijelaskan.

Saya ulangi lagi tipsnya adalah: Pertama, hindari resiko yang sering terjadi. Yang kedua asuransikan resiko yang sering terjadi, namun dampaknya besar. Yang ketiga adalah lakukan pencegahan bagi resiko yang dampaknya kecil. Yang terakhir adalah hadapi resiko yang dampaknya kecil, dan jarang terjadi.


Orang takut menghadapi resiko karena yang kita hadapi adalah sebuah masa depan yang tidak pasti. Setiap Entrepreneur tahu bagaimana dia mengkalkulasi sebuah resiko. Artinya begini. Resiko pada satu orang akan dipersepsi dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang melihat resiko itu dia sanggup hadapi, ada yang juga melihat bahwa dia tidak sanggup mengahadapinya. Ini tergantung dari pengalaman yang bersangkutan dan sejauh mana frekuensi atau akibat kepada yang bersangkutan juga.

Teori efektuasi ini punya lima prinsip. Salah satu prinsip yang paling utama adalah apa yang kita punya, karena Entrepreneur berangkat dari apa yang dia miliki, siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan. Entrepreneur yang sukses itu melakukan usahanya dengan sistem Affordable Loss. Artunya, dia tahu apa yang dia lakukan atau dia keluarkan, baik itu modal, baik itu tenaga, pikiran, itu dia siap menanggung kerugiannya.

Nah, bagaimana kita mengkalkulasi resiko itu? Tentunya mudah sekali kita membuat sebuah rencana bisnis. Bagaimana dia mengajak orang lain, mengajak partnernya untuk berbisnis, karena mungkin kalau dia hanya sendiri mungkin dia mudah sekali ragu-ragu atau takut mengambil resiko. Tapi dengan adanya partner dia akan lebih berani untuk bertindak. Demikian juga satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah masalah mentor. Seorang yang ingin berhasil, dia perlu sekali mentor. Mentor tidak harus selalu orang yang cerdas, sukses. Tapi orang yang bisa memberi dia support, dukungan, pengarahan, tahu arah mana yang harus dituju supaya dia bisa berhasil. Nah, cara-cara seperti ini harus dilakukan. Kita tidak mungkin sukses dengan seorang diri. Kita membutuhkan orang lain. Kita harus bisa meningkatkan apa yang kita punya supaya kita berhasil.

resiko muncul itu bisa diantisipasi melalui riset. Pendekatan riset yang aktual. Jangan kira-kira.kapan kita balik modal itu penting. Kita menjual berapa? Terus marketnya ada apa nggak? Perijinannya bagaimana? Terus itu kalkulasi Break Even Pointnya berapa? Kita itu punya senjatanya apa? Kalau kita sama sekali tidak punya senjata ya gimana lagi? Senjata bisa bermacam-macam. Berupa tanah, berupa uang, bisa ada yang dijaminkan.

kita harus tahu juga bagaimana kita memanfaatkan dan menjalin hubungan dengan network. Artinya kita harus siap bekerja sama dengan orang lain. Seorang Entrepreneur tidak mungkin sukses seorang diri. Dia juga perlu mentor. Seseorang yang bisa membawanya ke arah yang benar, untuk mencapai tujuannya. Visi juga adalah hal yang penting. Visi yang membuat  seseorang itu mempunyai tekad dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya. Sehingga kalaupun dia mengalami kegagalan, dia tidak akan menyerah. Dia akan berusaha untuk bangkit lagi.

No comments: