Karena
merasa dirinya goblok, orang bodoh tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir
begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang
lebih pintar dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal,
tapi sedang belajar jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok bisa jadi
bosnya orang pintar-pintar.
Sementara, orang pintar menghitung
sesuatu nyelimet dan usahanya nggak jalan-jalan, karena dibebani rencana
yang belum tentu berhasil. Orang pintar juga tidak percaya orang lain
sehingga semua dikerjakannya sendiri.
=====================================================================
Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis…
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.
Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.
Orang
bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang
tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil orang bodoh
memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.
Orang
pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mencari kerja.
Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari
proposal yang diajukan orang pintar.
Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.
Orang
bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH).oleh karena itu
orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya
orang bodoh.
Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.
Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan
panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi
staf-nya orang bodoh.Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.
Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar ‘meratap-ratap’ kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.
Bill
gate (Microsoft), Dell, Henry (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto,
Liem Sioe Liong (BCA group). Adalah contoh orang-orang yang tidak
pernah dapat (S1), tapi kemudian menjadi kaya. Ribuan orang-orang pintar
bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar
bergantung pada orang bodoh.
PERTANYAAN :> Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh??
> Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???
> Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh??
> Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh??
KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.
Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh. Kata kunci nya adalah ‘resiko’ dan ‘berusaha’, karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut. Dan mengabdi pada orang bodoh…
Diamanakah posisi anda saat ini…?
Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang…
Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan.
=======================================================================
Mari simak poin yang di bawah ini :
# Terlalu Banyak Ide
Orang pintar biasanya lebih banyak
ide,bahkan mungkin terlalu banyak ide yang ada dikepalanya,sehingga
tidak ada satupun yang menjadi kenyataan,dan dia praktekkan.
Sedang orang bodoh,mungkin hanya memiliki satu ide,dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya.
#Miskin Keberanian Untuk Memulai
Orang bodoh biasanya lebih berani untuk
memulai suatu usaha,kenapa demikian..?,karena orang bodoh sering tidak
berpikir panjang dan banyak pertimbangan,nothing to lose.
Sebaliknya,orang pintar terlalu banyak
perhitungan dan pertimbangan,dan tidak mempunyai keberanian yang cukup
untuk memulai usaha.
# Terlalu Pandai Menganalisis
Sebagian besar orang pintar,sangat
pandai menganalisis,setiap satu ide usaha,dia analisa dengan lengkap
mulai dari modal,untung rugi,sampai break event point.Ini memang
dibutuhkan dalam bisnis,tapi jika sudah jauh-jauh menganalisis,ternyata
dia tidak jadi memulainya,karena mungkin lebih lama untungnya,takut
ruginya,dan tidak bisa kembali modal.
Tapi orang bodoh,kurang pandai menganalisis,sehingga lebih cepat memulai usaha.
# Usaha (Bisnis) Butuh Pendidikan Tinggi
Orang pintar,seringkali beranggapan
bahwa pendidikan yang tinggi adalah jaminan yang khusus untuk bisa
memulai usahanya,maka banyak orang yang pintar,akan menempuh pendidikan
tertentu guna mendukung berjalannya usahanya.
Orang bodoh,tak perlu harus menempuh pendidikan yang tinggi,hanya butuh proses berpikir,lalu bertindak nyata.
# Mudah Menyerah
Orang pintar,akan merasa gengsi ketika
dia mengalami sebuah kegagalan dalam satu bidang usaha,sehingga dia akan
langsung beralih ke bidang usaha lain.
Orang bodoh,ketika mengalami hambatan,seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.
Dari lima point di atas,mungkin sudah
mewakili apa yang ingin saya sampaikan atas judul di atas.Sebetulnya
masih banyak point,yang bisa dijadikan referensi bahwa untuk menjadi
orang yang sukses,cukuplah menjadi orang yang bodoh.
Untuk sementara,orang bodoh,tetap akan
menjaga khasnya tersendiri.Keumuman manusia Indonesia,akan lebih merasa
nyaman dengan sebutan orang bodoh,ketimbang orang pintar.
Meski dengan sindiran iklan sebuah
produk,tentu itu hanyalah memancing seseorang untuk tertarik pada produk
tersebut.Selebihnya terserah anda,silahkan memilih.
Mau pilih yang Mana..?
=======================================================================
Last but not least..
"Never argue with stupid people, they will drag you down to their level and then beat you with experience." - Mark Twain -
No comments:
Post a Comment