inspiration of the day..
Monday, October 3, 2011
Friday, September 30, 2011
inspiratonal image of the dayy
inspirative story
This is an very inpirative love story, especially for the marriage. You will understand how valuable your love is. Please enjoy reading the true story of true love
Silakan simak suatu kisah cinta berikut ini.
John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun..
Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John..Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini..Tapi tidak bagi John..Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka..Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar, seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica..
Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John..Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John..Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu..
Hari pertama pernikahan mereka.. Jessica bangun siang..Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja..Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa-apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor..”
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John..Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu..John tetap tersenyum dan berkata, ” Wah..sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan..Masakanm u sepertinya tantangan yang hebat, sayang..Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya.” Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa, “Tuhan….Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan. Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri.. Tapi tidak apa-apa, Tuhan.. Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam..Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik..Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku..”
Tahun kedua pernikahan mereka..John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama..Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya. John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri.
Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman..Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John..Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John..Aku malu..”..John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..” Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini. Tapi tidak apa-apa Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan.”
Tahun ketiga pernikahan mereka. Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark. Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur. Jessica semakin sering menolak ciuman John..
Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..Dan John tetap tersenyum..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..Tapi tidak apa-apa..Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku, Tuhan….Karena aku begitu mencintainya. Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. .Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku.”
Tahun keempat pernikahan mereka.. Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..
Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu. Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. Tapi tidak apa-apa..mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu. Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini. Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam. Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan.. Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan.”
Tahun kelima pernikahan mereka. Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang..John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit….
Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark..Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John.
Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis..” Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit.. Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa. Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan..”
Tahun keenam pernikahan mereka.. Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..
Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru. Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa. Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengan perhiasan yang lebih baru..”
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku.. Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan..Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor..Tapi tidak apa-apa..Rebecca tentu lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. .Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya..”
Tahun ketujuh pernikahan mereka.. Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor..Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya..Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya..Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..
Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor..Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..
Jessica begitu terguncang dan terpukul.. Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. .Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan..Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. . Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John..Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri..Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..
Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur..Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica..Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya..Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini..Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri.. Jessica menangis menahan perasaannya. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa, “Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.. Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini.. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan.. Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai..”
Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya..” Kamu keliatan begitu lelah, sayang.. Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir..Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..”..Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..
“Maafkan aku, John..Maafkan aku..I LOVE YOU..I really Love you..Kaulah matahariku, John..Aku tidak bisa bertahan tanpamu..Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. .Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi..I LOVE YOU, John..I LOVE YOU.”
Coba renungkan!
Berapa banyak diantara kita yg menjadi seperti Jessica? Yang mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan dan harga diri kita sendiri? Jangan sampai terjadi sesuatu yang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi kita..
Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa seperti John, yang mengabaikan kepentingan dirinya dan perasaannya demi menjaga dan menunjukkan cintanya kepada pasangannya. Yang menjadikan pasangan hidup kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya..
Friday, September 9, 2011
share nice story..
just want to share..
got this from email..
==========================================================================================
Dua orang yang baik, tapi, mengapa perkawinan tidak berakhir bahagia
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang w anita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.
Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.
Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?
Pengorbanan yang dianggap benar.
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan –lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .
Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka.
Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
Yang kamu inginkan ?
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah sayaÂ…
Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya,
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.
Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.
cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmuÂ….dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.
Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.
Jalan kebahagiaan
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku,
Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.
Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.
Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota .
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.
got this from email..
==========================================================================================
Dua orang yang baik, tapi, mengapa perkawinan tidak berakhir bahagia
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang w anita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.
Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.
Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?
Pengorbanan yang dianggap benar.
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan –lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .
Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka.
Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
Yang kamu inginkan ?
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah sayaÂ…
Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya,
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.
Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.
cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmuÂ….dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.
Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.
Jalan kebahagiaan
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku,
Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.
Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.
Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota .
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.
Friday, August 5, 2011
iridescent
When you were standing in the wake of devastation
when you were waiting on the edge of the unknown
with the cataclysm raining down, insides crying save me now
you were there and possibly alone.
Do you feel cold and lost in desperation
you build up all the failures all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go, let it go.
And in the burst of light that blinded every angel
as if the sky had blown the heavens into stars
you felt the gravity of temper grace falling into empty space
no one there to catch you in there arms
Do you feel cold and lost in desperation
you build up all the failures all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go, let it go.
Do you feel cold and lost in desperation
you build up all the failures all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go,
let it go
let it go
let it go
let it go
Do you feel cold and lost in desperation
you build up all the failures all you've known
remember all the sadness and frustration
and let it go, let it go.
Monday, June 27, 2011
Saturday, June 11, 2011
birthday
i just got birthday day yesterday.
10 june..
happpy birthday to me.. =]
hahaha.
luckily, i got 500gb new external harddisk..
10 june..
happpy birthday to me.. =]
hahaha.
luckily, i got 500gb new external harddisk..
Tuesday, May 10, 2011
my trip to vietnam
hmm.. okay. maybe i'm late now to tell you about my trip to vietnam. (it's about two months ago), i went to vietnam to attend sharepoint event "sharing the point asia 2011".
I went with two co-workers.
took a pic on the jetstar.. not a good aeroplane.. hahaha..
my gadget on the plane.. lol.. actually, you are prohibited to take a pic on a plane when you take off.. =p
Okay, so here's the event... at ho chi min city, vietnam
the paper is on vietnese language.. hahahaha..
hmm. where am i? it's blur.. lol
well.. now the hotel..
the food at the hotel
the ho chi min city photos
big kathedral on ho chi min..
inside the museum near kathedral..
gratz for the wedding.. =]
river view
the mall..
let's eat pho
and.. here's my photos on singapore. I got two days transit.. too bad, i didnt' meet my college friend on singapore.. just because i noted the wrong cellphone number. =.=
esplanade mall..
merlion
at changi
if you wanna see the complete photos.. see it on my facebook album.
btw, i lost my one million vsd when i bought shirts (ipho"ne" shirts) on ho chi min.. oh man..!! T_T
i gave two pieces five hundred thousands vsd for fifty thousands. (500.000 ==> 50.000)
Damn!
well.. just have to be carefull wherever you go shopping..
= the end =
I went with two co-workers.
took a pic on the jetstar.. not a good aeroplane.. hahaha..
my gadget on the plane.. lol.. actually, you are prohibited to take a pic on a plane when you take off.. =p
Okay, so here's the event... at ho chi min city, vietnam
the paper is on vietnese language.. hahahaha..
hmm. where am i? it's blur.. lol
well.. now the hotel..
the food at the hotel
the ho chi min city photos
big kathedral on ho chi min..
inside the museum near kathedral..
gratz for the wedding.. =]
river view
the mall..
let's eat pho
and.. here's my photos on singapore. I got two days transit.. too bad, i didnt' meet my college friend on singapore.. just because i noted the wrong cellphone number. =.=
esplanade mall..
merlion
at changi
if you wanna see the complete photos.. see it on my facebook album.
btw, i lost my one million vsd when i bought shirts (ipho"ne" shirts) on ho chi min.. oh man..!! T_T
i gave two pieces five hundred thousands vsd for fifty thousands. (500.000 ==> 50.000)
Damn!
well.. just have to be carefull wherever you go shopping..
= the end =
Thursday, March 17, 2011
back to work @jakarta
what a tough day in vietnam...
back to jakarta again..
work work work..
i will tell my trip on vietnam on my next post.
=]
back to jakarta again..
work work work..
i will tell my trip on vietnam on my next post.
=]
Friday, January 14, 2011
Why Men Are Never Depressed
Men Are Just Happier People-- What do you expect from such simple creatures? Your last name stays put. The garage is all yours. Wedding plans take care of themselves. Chocolate is just another snack. You can be President. You can never be pregnant. You can wear a white T-shirt to a water park. You can wear NO shirt to a water park. Car mechanics tell you the truth. The world is your urinal. You never have to drive to another gas station restroom because this one is just too icky. You don't have to stop and think of which way to turn a nut on a bolt. Same work, more pay. Wrinkles add character. Wedding dress $5000. Tux rental-$100. People never stare at your chest when you're talking to them. New shoes don't cut, blister, or mangle your feet. One mood all the time. !
Phone conversations are over in 30 seconds flat. You know stuff about tanks. A five-day vacation requires only one suitcase. You can open all your own jars. You get extra credit for the slightest act of thoughtfulness. If someone forgets to invite you, he or she can still be your friend.
Your underwear is $8.95 for a three-pack. Three pairs of shoes are more than enough. You almost never have strap problems in public. You are unable to see wrinkles in your clothes. Everything on your face stays its original color. The same hairstyle lasts for years, maybe decades. You only have to shave your face and neck.
You can play with toys all your life. One wallet and one pair of shoes -- one color for all seasons. You can wear shorts no matter how your legs look. You can 'do' your nails with a pocket knife. You have freedom of choice concerning growing a mustache.
You can do Christmas shopping for 25 relatives on December 24 in 25 minutes.
No wonder men are happier.
Send this to the women who can handle it and to the men who will enjoy reading it
Tuesday, January 4, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)